Friday, February 24, 2017
Monday, February 20, 2017
Pengertian isim dan fiil, huruf dalam bahasa Arab
- Fi'il (kata kerja)
- Isim (kata benda)
- Huruf yang memiliki makna
- Fi'il Madhi (فعل الماضي)
- Fi'il Mudhori' (فعل المضارع)
- Fi'il Amar (فعل الامر)
- Fi'il Madhi adalah kata kerja untuk masa lampau atau dalam istilah bahasa inggrisnya adalah past tense yang memiliki arti telah melakukan sesuatu. Contohnya: قَامَ (telah berdiri) atau جَلَسَ (telah duduk).
- Fi'il Mudhari' adalah kata kerja yang memiliki arti sedang melakukan sesuatu atau dalam istilah bahasa inggrisnya present continues tense. Contohnya: يَقُوْمُ (sedang berdiri) atau يَجْلِسََُ (sedang duduk).
- Fi'il Amar adalah kata kerja untuk perintah. Contohnya قُمْ (bangunlah!) atau اِجْلِسْ(duduklah!).
Sunday, February 19, 2017
Monday, February 13, 2017
AWAS...! MENU SIKSA DAN NIKMAT KUBUR
Klik Follow untuk mendapatkan artikel terbaru dari blog ini
Setelah Sangsakakala 3 kali ditiup Malaikat Isrofil as , apa yang terjadi serta bagaimana kita?









Mencabut nyawa siapakah sehingga Malaikat Izroil as harus menangis?
Klik Follow untuk mendapatkan artikel terbaru dari blog ini
KAFIR itu apa?
PEMBAGIAN ORANG KAFIR DAN HUKUMNYA DALAM ISLAM
- Kafir Dzimmi, yaitu orang kafir yang tinggal di negeri Islam, hidup dengan aman dan di bawah perlindungan pemerintahan muslim, dengan syarat membayar jizyah (upeti) sebagai jaminan keamanannya. Orang kafir seperti ini terjaga darahnya dan tidak boleh diganggu. Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa membunuh kafir dzimmi maka ia tidak akan mencium bau surga dan sesungguhnya bau surga dapat tercium sejauh 40 tahun perjalanan.” (HR an-Nasai:8742, dan dishahihkan oleh al-Albani dalam shahih al-Jami no.6457).
- Kafir mu’ahad, yaitu orang-orang kafir yang tinggal di negerinya, tetapi antara kita dan mereka terdapat perjanjian damai untuk tidak saling memerangi selama waktu yang telah disepakati. Namun, hal itu dengan syarat mereka tetap mematuhi perjanjian dan tidak melanggarnya. Dan kafir seperti ini juga tidak boleh dibunuh. Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang membunuh kafir mu’ahad ia tidak akan mencium bau surga dan sesungguhnya bau surga itu tercium dari perjalanan empat puluh tahun.” (HR. Bukhari:3166).
- Kafir musta’man, yaitu orang kafir yang mendapat jaminan keamanan dari kaum muslimin atau sebagian kaum muslimin. Kafir jenis ini juga tidak boleh dibunuh sepanjang masih berada dalam jaminan keamanan. Dari Ummu Hani, berkata, “Wahai Rasulullah, anak ibuku (yaitu Ali bin Abi Thalib) menyangka bahwa ia boleh membunuh orang yang telah saya lindungi (yaitu) si Fulan bin Hubairah. “Maka Rasulullah SAW bersabda, “Kami telah lindungi orang yang engkau lindungi, wahai Ummu Hani.” (HR. Bukhari: 357 dan Muslim: 337).
- Kafir harbi, yaitu kafir selain tiga di atas, kafir jenis inilah yang disyariatkan untuk di perangi dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam syari’at Islam. Dan ini lah yang dimaksud dalam surat al-Baqarah ayat: 190-193. Golongan ini diperangi, apabila ia atau negaranya telah menampakkan atau menyatakan perang terhadap kaum muslimin atau kaum muslimin terlabih dahulu mengumumkan perang terhadap mereka setelah orang-orang kafir ini menolak ajakan kepada Islam.
Meskipun kafir harbi halal darahnya, namun itu pun tidak mutlak dilakukan. Dalam banyak hadist, Rasulullah SAW melarang membunuh orang yang tidak ikut dalam kancah peperangan seperti anak-anak, wanita, orang-orang jompo, berpenyakit lumpuh, banci, pendeta, dan orang buta (lihat Zad al-Mustaqni’ dalam Syarh al-Mumti’ 8/27). Syaikh Muhammad bin Shalih al-Ustsaimin menjelaskan bahwa golongan ini tidak boleh dibunuh kecuali dengan salah satu dari tiga sebab:
- Mereka memiliki peran dalam pemikiran dan pengaturan.
- Mereka ikut dalam kancah peperangan.
- Memberikan dorongan semangat kepada para tentara musuh untuk berperang. (Syarh al-Mumti’ 8/27 secara ringkas).
4 Golongan Manusia Menurut Imam Al-Ghazali
*Pertama : Rojulun Yadri wa Yadri Annahu Yadri
(Seseorang yang Tahu (berilmu), dan dia Tahu kalau dirinya Tahu)
*Kedua : Rojulun Yadri wa Laa Yadri Annahu Yadri
(Seseorang yang Tahu (berilmu), tapi dia Tidak Tahu kalau dirinya Tahu)
*Ketiga : Rojulun Laa Yadri wa Yadri Annahu Laa Yadri
(Seseorang yang tidak tahu (tidak atau belum berilmu), tapi dia tahu alias sadar diri kalau dia tidak tahu)
*Keempat : Rojulun Laa Yadri wa Laa Yadri Annahu Laa Yadri
(Seseorang yang Tidak Tahu (tidak berilmu), dan dia Tidak Tahu kalau dirinya Tidak Tahu)
Saturday, February 11, 2017
Al-I’tiraaf - Abu Nawas (lirik dan arti)
ِإِلهِي لََسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ أَهْلاَ# وَلاَ أَقوى عَلَى النّارِ الجَحِي
Wahai Tuhanku ! Aku bukanlah ahli surga, tapi aku tidak kuat dalam neraka Jahim
فهَبْ لِي تَوْبَةً وَاغْفِرْ ذنوبِي # فَإنّكَ غَافِرُ الذنْبِ العَظِيْم
Maka berilah aku taubat (ampunan) dan ampunilah dosaku, sesungguhnya engkau Maha Pengampun dosa yang besar
ذنوبِي مِثلُ أَعْدَادٍ الرّمَالِ # فَهَبْ لِي تَوْبَةً يَاذَاالجَلاَل
Dosaku bagaikan bilangan pasir, maka berilah aku taubat wahai Tuhanku yang memiliki keagungan
وَعُمْرِي نَاقِصٌ فِي كُلِّ يَوْمٍ # وَذنْبِي زَائِدٌ كَيفَ احْتِمَالِي
Umurku ini setiap hari berkurang, sedang dosaku selalu bertambah, bagaimana aku menanggungnya
َإلهي عَبْدُكَ العَاصِي أَتَاكَ # مُقِرًّا بِالذنوبِ وَقَدْ دَعَاك
Wahai, Tuhanku ! Hamba Mu yang berbuat dosa telah datang kepada Mu dengan mengakui segala dosa, dan telah memohon kepada Mu
َفَإِنْ تَغْفِرْ فَأنْتَ لِذاك أَهْلٌ # فَإنْ تَطْرُدْ فَمَنْ نَرْجُو سِوَاك
Maka jika engkau mengampuni, maka Engkaulah yang berhak mengampuni. Jika Engkau menolak, kepada siapakah lagi aku mengharap selain kepada Engkau?
Syair diatas adalah karya pujangga Arab dan merupakan salah satu penyair terbesar sastra Arab klasik. Penyair ulung sekaligus tokoh sufi ini mempunyai nama lengkap Abu Ali Al Hasan bin Hani Al Hakami dan hidup pada zaman Khalifah Harun Al-Rasyid di Baghdad (806-814 M). Oleh masyarakat luas dikenal dengan sebutan Abu Nawas beliau dikenal karena kecerdasan dan kecerdikan dalam melontarkan kata-kata, sehingga banyak lahir anekdot jenaka yang sarat dengan hikmah.
Klik Follow untuk mendapatkan artikel terbaru dari blog ini
Friday, February 10, 2017
TAFSIR BASMALAH (Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin})
Bismillahirrahmaanirrahiim
"Artinya : Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”
Jar majrur (bi ismi) di awal ayat berkaitan dengan kata kerja yang tersembunyi setelahnya sesuai dengan jenis aktifitas yang sedang dikerjakan.
Misalnya anda membaca basmalah ketika hendak makan, maka takdir kalimatnya adalah :
“Dengan menyebut nama Allah aku makan”.
Kita katakan (dalam kaidah bahasa Arab) bahwa jar majrur harus memiliki kaitan dengan kata yang tersembunyi setelahnya, karena keduanya adalah ma’mul. Sedang setiap ma’mul harus memiliki ‘amil.
Ada dua fungsi mengapa kita letakkan kata kerja yang tersembunyi itu di belakang.
Pertama : Tabarruk (mengharap berkah) dengan mendahulukan asma Allah Azza wa Jalla.
Kedua : Pembatasan maksud, karena meletakkan ‘amil dibelakang berfungsi membatasi makna.
Seolah engkau berkata : “Aku tidak makan dengan menyebut nama siapapun untuk mengharap berkah dengannya dan untuk meminta pertolongan darinya selain nama Allah Azza wa Jalla”.
Kata tersembunyi itu kita ambil dari kata kerja ‘amal (dalam istilah nahwu) itu pada asalnya adalah kata kerja. Ahli nahwu tentu sudah mengetahui masalah ini. Oleh karena itulah kata benda tidak bisa menjadi ‘ami’l kecuali apabila telah memenuhi syarat-syarat tertentu.
Lalu mengapa kita katakan : “Kata kerja setelahnya disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang sedang dikerjakan”, karena lebih tepat kepada yang dimaksud.
Oleh sebab itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Barangsiapa yang belum menyembelih, maka jika menyembelih hendaklah ia menyembelih dengan menyebut nama Allah “[1] Atau : “Hendaklah ia menyembelih atas nama Allah” [2]
Kata kerja, yakni ‘menyembelih’, disebutkan secara khusus disitu.
Lafzhul Jalalah (Allah).
Merupakan nama bagi Allah Rabbul Alamin, selain Allah tidak boleh diberi nama denganNya. Nama ‘Allah’ merupakan asal, adapun nama-nama Allah selainnya adalah tabi’ (cabang darinya).
Ar-Rahmaan
Yakni yang memiliki kasih sayang yang maha luas. Oleh sebab itu, disebutkan dalam wazan fa’laan, yang menunjukkan keluasannya.
Ar-Rahiim
Yakni yang mencurahkan kasih sayang kepada hamba-hamba yang dikehendakiNya. Oleh sebab itu, disebutkan dalam wazan fa’iil, yang menunjukkan telah terlaksananya curahan kasih saying tersebut. Di sini ada dua penunjukan kasih sayang, yaitu kasih sayang merupakan sifat Allah, seperti yang terkandung dalam nama ‘Ar-Rahmaan’ dan kasih sayang yang merupakan perbuatan Allah, yakni mencurahkan kasih sayang kepada orang-orang yang disayangiNya, seperti yang terkandung dalam nama ‘Ar-Rahiim’. Jadi, Ar-Rahmaan dan Ar-Rahiiim adalah dua Asma’ Allah yang menunjukkan Dzat, sifat kasih sayang dan pengaruhnya, yaitu hikmah yang merupakan konsekuensi dari sifat ini.
Kasih sayang yang Allah tetapkan bagi diriNya bersifat hakiki berdasarkan dalil wahyu dan akal sehat. Adapun dalil wahyu, seperti yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah tentang penetapan sifat Ar-Rahmah (kasih sayang) bagi Allah, dan itu banyak sekali. Adapun dalil akal sehat, seluruh nikmat yang kita terima dan musibah yang terhindar dari kita merupakan salah satu bukti curahan kasih sayang Allah kepada kita.
Sebagian orang mengingkari sifat kasih sayang Allah yang hakiki ini. Mereka mengartikan kasih sayang di sini dengan pemberian nikmat atau kehendak memberi nikmat atau kehendak memberi nikmat. Menurut akal mereka mustahil Allah memiliki sifat kasih sayang. Mereka berkata : “Alasannya, sifat kasih sayang menunjukkan adanya kecondongan, kelemahan, ketundukan dan kelunakan. Dan semua itu tidak layak bagi Allah”.
Bantahan terhadap mereka dari dua sisi.
Pertama : Kasih sayang itu tidak selalu disertai ketundukan, rasa iba dan kelemahan. Kita lihat raja-raja yang kuat, mereka memiliki kasih sayang tanpa disertai hal itu semua.
Kedua : Kalaupun hal-hal tersebut merupakan konsekuensi sifat kasih sayang, maka hanya berlaku pada sifat kasih sayang yang dimiliki makhluk. Adapun sifat kasih sayang yang dimiliki Al-Khaliq Subhanahu wa Ta’ala adalah yang sesuai dengan kemahaagungan, kemahabesaran dan kekuasanNya. Sifat yang tidak akan berkonsekuensi negative dan cela sama sekali.
Kemudian kita katakan kepada mereka : Sesungguhnya akal sehat telah menunjukkan adanya sifat kasih sayang yang hakiki bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pemandangan yang sering kita saksikan pada makhluk hidup, berupa kasih sayang di antara mereka, jelas menunjukkan adanya kasih sayang Allah. Karena kasih sayang merupakan sifat yang sempurna. Dan Allah lebih berhak memiliki sifat yang sempurna. Kemudian sering juga kita saksikan kasih sayang Allah secara khusus, misalnya turunnya hujan, berakhirnya masa paceklik dan lain sebagainya yang menunjukkan kasih sayang Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Lucunya, orang-orang yang mengingkari sifat kasih sayang Allah yang hakiki dengan alasan tidak dapat diterima akal atau mustahil menurut akal, justru menetapkan sifat iradah (berkehendak) yang hakiki dengan argumentasi akal yang lebih samar daripada argumentasi akal dalam menetapkan sifat kasih sayang bagi Allah. Mereka berkata : “Keistimewaan yang diberikan kepada sebagian makhluk yang membedakannya dengan yang lain menurut akal menunjukkan sifat iradah”. Tidak syak lagi hal itu benar. Akan tetapi hal tersebut lebih samar disbanding dengan tanda-tanda adanya kasih sayang Allah. Karena hal tersebut hanya dapat diketahui oleh orang-orang yang pintar. Adapun tanda-tanda kasih sayang Allah dapat diketahui oleh semua orang, tidak terkecuali orang awam. Jika anda bertanya kepada seorang awam tentang hujan yang turun tadi malam : “Berkat siapakah turunnya hujan tadi malam ?” Ia pasti menjawab : “berkat karunia Allah dan rahmatNya”
MASALAH
Apakah basmalah termasuk ayat dalam surat Al-Fatihah ataukah bukan ?
Dalam masalah ini para ulama berbeda pendapat. Ada yang berpendapat bahwa basmalah termasuk ayat dalam surat Al-Fatihah, harus dibaca jahr (dikeraskan bacaannya) dalam shalat dan berpendapat tidak sah shalat tanpa membaca basmalah, sebab masih termasuk dalam surat Al-Fatihah.
Sebagian ulama lain berpendapat, basmalah tidak termasuk dalam surat Al-Fatihah. Namun ayat yang berdiri sendiri dalam Al-Qur’an.
Inilah pendapat yang benar. Pendapat ini berdasarkan nash dan rangkaian ayat dalam surat ini.
Adapun dasar di dalam nash, telah diriwayatkan dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
“Artinya : Aku membagi shalat (yakni surat Al-Fatihah) menjadi dua bagian, separuh untuk-Ku dan separuh untuk hamba-Ku. Apabila ia membaca : “Segala puji bagi Allah”. Maka Allah menjawab : “Hamba-Ku telah memuji-Ku”. Apabila ia membaca : “Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”. Maka Allah menjawab: “Hamba-Ku telah menyanjung-Ku”. Apabila ia membaca : “Penguasa hari pembalasan”. Maka Allah menjawab : “Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku”. Apabila ia membaca : “ Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan”. Maka Allah menjawab : “Ini separoh untuk-Ku dan separoh untuk hamba-Ku”. Apabila ia membaca : “Tunjukilah kami kepada jalan yang lurus”. Maka Allah menjawab : “Ini untuk hamba-Ku, akan Aku kabulkan apa yang ia minta” [3]
Ini semacam penegasan bahwa basmalah bukan termasuk dalam surat Al-Fatihah. Dalam kitab Ash-Shahih diriwayatkan dari Anas bin Malik Radhiyalahu ‘anhu, ia berkata : “Aku pernah shalat malam bermakmum di belakang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, Umar dan Utsman Radhiyallahu ‘anhum.
Mereka semua membuka shalat dengan membaca : “Alhamdulillaahi Rabbil ‘Aalamin” dan tidak membaca ; ‘Bismillaahirrahmaanirrahiim” di awal bacaan maupun di akhirnya. [4]
Maksudnya mereka tidak mengeraskan bacaannya. Membedakan antara basmalah dengan hamdalah dalam hal dikeraskan dan tidaknya menunjukkan bahwa basmalah tidak termasuk dalam surat Al-Fatihah.
[Disalin dari kitab Tafsir Juz ‘Amma, edisi Indonesia Tafsir Juz ‘Amma, penulis Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, penerjemah Abu Ihsan Al-Atsari, penerbit At-Tibyan – Solo]
AYAT KURSI (Teks Latin dan terjemahannya)
Artinya :
Allah tidak ada Tuhan melainkan Dia yang Maha Kekal lagi terus menerus mengurus makhlukNya, tidak mengantuk dan tidak tidur KepunyaanNya apa yang di langit dan di bumi. Siapakah yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izinNya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang meraka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendakiNya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi, Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.
SYIIR TANPO WATHON (lirik dan arti)
Astaghfirullah robbal barooya Astaghfirullah minal khotoya
Robbi zidniy ‘ilman nafi’a
Wa wafiqny ‘amalan sholiha
Aku memohon ampun Ya Allah,
Maha penerima taubat
Aku memohon ampun Ya Allah dari pada segala dosa,
Tambahkan kepadaku ilmu yang berguna,
berikanlah aku amalan yang dimakbulkan,
Kurniakan kepadaku rezeki yg meluas, terimalah taubat kami dgn taubat nasuha…
Ya Rasulallah... salamun'alaik
Ya rafi’asyani waddaraji‘
Atfata yaji rotal 'alami
Ya uhailalju diwal karomi
Ngawiti ingsun nglarasa syi’iran
Kelawan muji maring pengeran
Kang paring rohmat lan kenikmatan
Rino wengine tanpo pitungan 2X
Aku mulai merapalkan syair
Dengan memuji kepada Tuhan Yang telah memberikan rahmat dan kenikmatan
Siang dan malam tanpa hitungan
Duh bolo konco priyo wanito
Ojo mung ngaji syare’at bloko
Gur pinter ndongeng nulis lan moco
Tembe mburine bakal sangsoro
Wahai teman-teman pria wanita
Jangan hanya mengkaji syariat saja
Hanya bisa mendongeng, menulis, dan membaca
Pada akhirnya akan sengsara (2x)
Akeh kang apal Qur’an Haditse
Seneng ngafirke marang liyane
Kafire dewe gak digatekke
Yen isih kotor ati akale 2X
Banyak yang hafal Qur’an-Haditsnya
Suka mengkafirkan kepada lainnya
Kafirnya diri sendiri tidak diperhatikan
Kalau masih kotor hati dan akalnya (2x)
Gampang kabujuk nafsu angkoro pepaese gebyare ndunyo
Iri lan meri sugihe tonggo
Mulo atine peteng lan nistho 2X
Mudah terbujuk nafsu angkara
Dalam perhiasan megahnya dunia
Iri dan dengki atas kekayaan tetangga
Karena itulah hatinya gelap dan nista (2x)
Ayo sedulur jo nglaleake
Wajibe ngaji sak pranatane
Nggo ngandelake iman tauhite
Baguse sangu mulyo matine 2X
Mari saudara jangan lupakanKewajiban mengkaji disemua runtutannya
Untuk menebalkan iman tauhidnya
Bagusnya pesangon mulia matinya (2x)
Kang aran soleh bagus atine
Kerono mapan seri ngelmune
Laku thoriqot lan ma’rifate
Ugo hakekot manjing rasane 2x
Yang disebut shaleh bagus hatinya
Karena telah menetap ilmu sirri-nya (ilmu rahasia ke-Tuhanan)
Tindakan tarekat dan ma’rifatnya
Juga hakekat telah merasuk rasanya (2x)
Al-Qur'an qodim wahyu minulyo
Tanpo ditulis biso diwocoIku wejangan guru waskito
Den tancepake ing jero dodo 2X
Al-Qur’an qadim, wahyu yang mulia
Tanpa ditulis bisa dibaca
Itu petuah guru yang waskita (ma’rifat)
Ditancapkan di dalam dada (2x)
Kumantil ati lan pikiran
Mrasuk ing badan kabeh jeroan
Mu’jizat Rosul dadi pedoman
Minongko dalan manjinge iman (2X)
Menempel hati dan pikiran
Merasuk di badan, semua jeroan (badan bagian dalam)
Mu'jizat Rasul menjadi pedoman
Menjadi jalan masuknya iman (2x)
Kelawan Allah kang Moho Suci
Kudu rangkulan rino lan wengi
Ditirakati diriyadhohi
Dzikir lan suluk jo nganti lali (2X)
Terhadap Allah yang Maha Suci
Harus berangkulan siang dan malam
Ditirakati, diriyadhahi (bersusah-payah)
Dzikir dan suluk (jalan menuju Tuhan) jangan sampai terlupa (2x)
Uripe ayem rumongso aman
Dununge roso tondo yen iman
Sabar narimo najan pas pasan
Kabeh tinakdir saking pengeran (2X)
Hidupnya tenang merasa aman
Adanya rasa (aman) tanda kalau beriman
Sabar, menerima walaupun pas-pasan
Semua itu ditakdirkan oleh Tuhan (2x)
Kelawan konco dulur lan tonggo
Kang podo rukun ojo ngesio
Iku sunnahe Rosul kang mulyo
Nabi Muhammad panutan kito
Terhadap teman, saudara dan tetangga
Hendaknya rukun jangan saling mendengki
Itulah sunnah Rasul yang mulia
Nabi Muhammad tuntunan kita (2x)
Ayo anglakoni sakabehane Allah kang bakal ngangkat drajate
Senajan ashor toto dhohire
Ananging mulyo maqom drajate (2X)
Mari laksanakan semuanya
Allah yang akan mengangkat derajatnya
Meskipun terlihat rendah tata lahirnya
Tapi (sebenarnya) mulia kedudukan derajatnya (2x)
Lamun palastro ing pungkasane
Ora kesasar roh lan sukmane
Di gadang Allah swargo manggone
Utuh mayite ugo ulese (2X)
Apabila meninggal nanti diakhirnya
Tidak tersesat roh dan sukmanya
Di gadhang (sukai-angkat) oleh Allah, surgalah tempatnya
Tetap utuh mayitnya juga kafannya (2x)
Ya Rasulallah... salamun'alaik
Ya rafi’asyani waddaraji‘
Atfata yaji rotal 'alami
Ya uhailalju diwal karomi
Thursday, February 2, 2017
Contoh Kalimat Pembuka
لْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْد
ُArtinya:
Segala puji bagiAllah Sang Penguasa alam semesta. Semoga salawat serta keselamatan tercurahkan selalu kepada Nabi dan Rasul termulia. Berserta keluarga dan sahabat-sahabatnya, semuanya